Tesla dan Samsung Kerja Sama Produksi Chip AI Rp270 T di 2025

Tesla dan Samsung Kerja Sama Produksi Chip AI Rp270 T di 2025

Tabloid Gadget Kabar besar mengguncang dunia teknologi! Tesla dan Samsung Electronics menjalin kerja sama senilai Rp270 triliun (US$16,5 miliar) untuk memproduksi chip AI generasi terbaru, AI6, di fasilitas baru Samsung di Taylor, Texas. Kolaborasi ini, yang diumumkan pada 28 Juli 2025, menjadi langkah strategis bagi kedua perusahaan. Dengan demikian, Tesla memperkuat ambisinya di bidang AI, sementara Samsung menghidupkan kembali divisi foundry yang merugi. Apa saja detailnya? Mari kita ulas!

Latar Belakang Kerja Sama

Elon Musk, CEO Tesla, mengonfirmasi kabar ini melalui postingan di X, menyebut kesepakatan ini “sangat strategis” dan bernilai jauh lebih besar dari angka awal. Kolaborasi memproduksi chip AI generasi terbaru ini berlangsung hingga 31 Desember 2033 dan fokus pada produksi chip AI6, yang akan menjadi otak di balik teknologi self-driving Tesla dan robot humanoid Optimus. Sementara itu, Samsung, yang mencatat kerugian foundry 5 triliun won (Rp56 triliun) pada paruh pertama 2025, memanfaatkan kontrak ini untuk bangkit.

Bacaan Lainnya

Fasilitas Taylor, Texas, akan mulai beroperasi pada 2026 dan menjadi pusat produksi chip ini. Menariknya, Musk berjanji untuk membantu mengoptimalkan efisiensi produksi, bahkan menyebutkan bahwa ia akan “berjalan langsung di lini produksi” karena lokasi pabrik hanya satu jam dari kediamannya di Austin. Dengan kata lain, kemitraan ini melibatkan kerja sama teknis mendalam, bukan sekadar kontrak biasa.

Mengapa Chip AI6 Penting?

Chip AI6 menjadi inti dari visi Tesla untuk masa depan. Chip ini mendukung sistem Full Self-Driving (FSD) yang lebih canggih, memungkinkan mobil Tesla beroperasi secara otonom dengan presisi lebih tinggi. Selain itu, chip ini juga mendukung robot Optimus, yang menangani tugas-tugas manusiawi di berbagai industri. Oleh karena itu, keberhasilan produksi chip ini sangat krusial bagi Tesla untuk tetap memimpin di pasar kendaraan listrik dan AI, yang diperkirakan bernilai US$800 miliar pada 2030.

Bagi Samsung, kontrak ini memperkuat posisi mereka melawan TSMC, yang saat ini menguasai 67,6% pasar foundry global dibandingkan 7,7% milik Samsung. Samsung mengembangkan teknologi 2-nanometer untuk menarik lebih banyak klien besar seperti Tesla. Namun, mereka harus memastikan hasil produksi (yield) yang tinggi, karena teknologi 2nm masih belum teruji dalam skala massal.

Dampak bagi Samsung dan Tesla

Bagi Samsung, kesepakatan ini membawa harapan baru. Divisi foundry mereka, yang merugi Rp56 triliun pada 2025, diperkirakan mengurangi kerugian hingga 70% pada 2027 berkat kontrak ini. Analis dari Kiwoom Securities, Pak Yuak, memprediksi kontrak ini menghasilkan pendapatan tahunan sekitar 2,5 triliun won, atau 10% dari pendapatan foundry Samsung. Selain itu, saham Samsung melonjak 6,8% ke level tertinggi sejak September 2024 setelah pengumuman ini, mencerminkan kepercayaan investor yang meningkat.

Sementara itu, Tesla mengamankan pasokan chip yang stabil untuk mendukung ekspansi teknologi AI mereka. Dengan menggandeng Samsung, Tesla mendiversifikasi rantai pasok dari TSMC, yang saat ini memproduksi chip AI5 mereka. Namun, risiko tetap ada: jika Samsung gagal mencapai hasil produksi optimal pada teknologi 2nm, jadwal AI Tesla bisa tertunda, mengingat sejarah perusahaan yang kerap meleset dari target waktu.

Konteks Lebih Luas

Kerja sama ini selaras dengan kebijakan AS dan Korea Selatan. Fasilitas Taylor menerima insentif US$4,75 miliar dari Chips and Science Act, yang mendorong produksi semikonduktor lokal di AS. Dengan demikian, kemitraan ini memperkuat aliansi teknologi AS-Korea Selatan di tengah ketegangan geopolitik dengan China. Meski begitu, potensi tarif 25% dari AS bisa mengganggu rantai pasok.

Apa Selanjutnya?

Samsung berencana memulai produksi massal chip 2nm pada 2026, dengan chip AI6 kemungkinan masuk produksi pada 2027 atau 2028. Tesla, di sisi lain, mempercepat pengembangan FSD dan Optimus, dengan chip AI5 dari TSMC dijadwalkan mulai produksi akhir 2026. Namun, mengingat sejarah Tesla yang sering meleset dari jadwal, para analis menyarankan untuk tetap waspada terhadap kemungkinan penundaan.

Kesimpulan

Kerja sama Rp270 triliun antara Tesla dan Samsung untuk produksi chip AI6 membuka jalan menuju masa depan AI dan kendaraan otonom. Bagi Tesla, ini memastikan pasokan chip untuk ambisi besar mereka. Bagi Samsung, ini menjadi peluang untuk memperkuat posisi di pasar foundry global. Meski penuh potensi, keberhasilan kemitraan ini bergantung pada kemampuan Samsung mengatasi tantangan teknis dan Tesla menjaga jadwal pengembangan. Jadi, nantikan perkembangan seru dari kolaborasi ini!

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *